(tulisan ini pernah dimuat di bulletin MAWARI edisi 2 tahun ke-3/Desember 2009)
Kala itu jarum jam menunjukan pukul 6 sore lebih sedikit di tepi barat Palestina. Pada saat itu para zionis Israel memberlakukan jam malam bagi rakyat Palestina. Tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke tengah jalan dengan membawa sebotol cat. Lalu dia menuliskan kata 'Palestina' di sebuah tembok, kata yang diharamkan oleh para zionis. Seketika itu juga, para tentara Israel bermunculan dan memegangi anak itu. Salah seorang dari mereka lalu mengarahkan moncong senapannya ke arah kepala si anak. Lalu, bersamaan dengan suara letusan senapan, darah segar bercucuran dari kepalanya. Belum puas sampai situ, para tentara keji itu memukuli dan menyiksa sang anak yang sudah tidak bisa melawan. Dia syahid….
Itu baru satu dari sekian banyak kebiadaban para zionis Israel. Dan anak itu adalah satu dari sekian banyak syuhada yang dijanjikan Allah syurga-Nya. Tapi, sebenarnya apa yang melatarbelakangi semua peristiwa ini?
Penggalian terowongan
Orang-orang Yahudi percaya bahwa Palestina merupakan tanah yang telah dijanjikan oleh Tuhan dalam Taurat Musa. Namun, selain itu mereka juga percaya bahwa di suatu tempat di tanah Palestina, tepatnya di bawah kompleks Masjid Al-Aqsha kota Al-Quds, terdapat harta Nabi Sulaiman a.s. yang sangat banyak. Yahudi berambisi untuk mendapatkan harta itu dan mendirikan kembali Haikal Sulaiman di atasnya. Semua itu mereka lakukan untuk membiayai mimpi mereka untuk menciptakan Tata Dunia Baru atau Novus Ordo Seclorum. Oleh sebab itu mereka telah berusaha untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha sejak dulu.
Usaha itu telah dimulai sejak tahun 1901, seorang Yahudi bernama Theodor Hertzl mendatangi Sultan Abdul Hamid II. Dia menawarkan sejumlah uang untuk ditukar dengan negeri Palestina. Namun Sang Sultan menjawab:
“…Saya tidak akan memberikan satu jengkal pun tanah Palestina kepada para Yahudi. Karena Palestina bukanlah milik saya, melainkan milik ummat. Dan ummat telah mengorbankan darahnya untuk mempertahankan tanah ini. Namun, jika suatu hari Negara Islam terpisah, kalian bisa memiliki tanah ini secara gratis. Dan selama saya masih hidup, lebih baik saya kehilangan bagian tubuh saya daripada kehilangan Palestina dari negara Islam. Dan selama saya hidup, saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi!...”
Perlu diketahui, ketika zaman Khilafah Utsmaniyah, wilayah negara Islam itu mencakup bagian barat Asia hingga ke daerah Spanyol dan Italia. Bahkan hingga ke Afrika utara. Tapi, pada tahun 1924, khilafah runtuh berkat konspirasi Mustafa Kemal dan antek-antek Inggris lain.
Tahun 1948, Yahudi mendeklarasikan kelahiran negara Israel yang mencakup sebagian daerah Palestina. Setelah Yahudi menguasai Palestina, pada tanggal 20 Januari 1981 para zionis memulai proyek penghancuran Masjid Al-Aqsha dengan menggali terowongan di bawahnya. Dan pada tahun 1988, tepatnya pada tanggal 2 Juli, pemerintah Israel kembali menggali terowongan di dekat pintu al-Ghawanemah dan mengizinkan orang-orang Yahudi melakukan ritual di bawah masjid Al-Aqsha. Bahkan menurut kesaksian Dr. Ir. Sukamta, Mse., terowongan utama di bawah Masjid Al-Aqsha memiliki ukuran yang sangat lebar sehingga diperkirakan 12 truk tambang besar seperti yang beroperasi di Freeport bisa masuk bersamaan di terowongan tersebut.
Lalu pada tanggal 13 Mei 1998, sejumlah pemukim yahudi membakar salah satu pintu utama Masjid Al-Aqsha.
Anehnya, ketika para zionis Yahudi berani melakukan semua itu, pemerintah negara-negara mayoritas Islam (termasuk Indonesia) hanya 'berani' mengutuknya. Padahal Masjid Al-Aqsha dan kota Al-Quds adalah milik ummat Islam di dunia, bukan hanya milik ummat Islam di Palestina.
Sampai detik ini, para mujahid di Palestina masih memperjuangkan kemerdekaannya. Namun, para zionis juga masih berusaha menguasai Palestina sepenuhnya, bahkan mereka berambisi untuk menguasai dunia demi tercapainya Novus Ordo Seclorum. Mereka terus mempercanggih persenjataan mereka untuk mencegah kembalinya kota Al-Quds ke tangan ummat Islam. Mereka terus meyakinkan dunia bahwa tanah Palestina adalah kampung halaman mereka, dan mereka berhak atas tanah itu.
Tentara pembebas
Selama ummat Islam bersatu dan berjuang untuk membebaskan Al-Quds, bukan tidak mungkin pembebasan yang pernah diwujudkan tentara Khalifah ar-Rasyid Umar dan juga tentara Khalifah an-Nashir al-'Abbasiy yang membebaskan Al-Quds dari pasukan Salib terjadi kembali. Melalui tangan-tangan tentara pembebas yang akan membebaskan Al-Quds untuk terakhir kali.
Pertanyaannya, sipakah tentara pembebas itu? Apakah kita yang akan menjadi bagian dari tentara itu? Siapkah kita untuk mengorbankan harta dan nyawa kita untuk mempela panji Islam? Siapkah kita untuk berjuang dengan sekuat tenaga demi agama Allah ini? Siapkah kita? Kalupun kita siap, siapa khalifah yang akan memimpin kita dalam pembebasan itu?
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebihtinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan” (Q.S. At-Taubah 9: 20)
Sumber-sumber: Eramuslim digest edisi 4 ‘The New Jerusalem’, edisi 6 ‘Genesis of Zionism [1]’, edisi 7 ‘Genesis of Zionism [2]’, Buletin dakwah Al-Islam, dan sumber-sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
tambahan:
beberapa hari setelah MAWARI-nya terbit, tanggal 1 Muharram kemarin Israel menggempur Palestina. Hasilnya, tidak ada satu pun anggota Hamas yang terluka, namun ribuan warga sipil menjadi korban...
Lalu tanggal 25 Oktober kemarin, Israel menyerang jamaah masjid al aqsha.
dan berita penyerangan itu tertutup oleh kasus KPK vs POLRI. mengenaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar